Potret memilukan yang memperlihatkan seorang perempuan Afghanistan yang telinga dan hidungnya dipotong suaminya sebagai hukuman karena meninggalkannya, telah memenangkan hadiah World Press Photo. Juru potret Jodi Bieber memenangkan hadiah itu hari Jumat 11 Februari 2011, atas fotonya yang diambil untuk majalah Time.
Berita hadiah itu menyusul berita di surat kabar terkemuka Amerika bahwa Afghanistan sedang mempertimbangkan peraturan baru yang akan mengharuskan perempuan meminta izin panel pemerintah untuk tinggal di tempat penampungan.
Harian New York Times melaporkan dalam peraturan yang diusulkan itu, jika panel itu menolak mengizinkan perempuan itu berlindung di tempat penampungan, panel itu kemudian akan menentukan apakah perempuan itu harus dikirim ke penjara atau dipulangkan, yang menurut surat kabar itu akan membuat perempuan itu "berisiko dipukuli, atau bahkan dibunuh."
Surat kabar itu melaporkan peraturan yang diusulkan itu juga akan mengharuskan seorang perempuan menjalani pemeriksaan fisik yang bisa mencakup tes keperawanan.
New York Times mengatakan 14 tempat penampungan di Afghanistan, yang kini didanai organisasi internasional, donor swasta, dan pemerintah Barat, berdasarkan peraturan baru yang sedang dirancang oleh Kementerian Urusan Perempuan itu, akan “dikendalikan langsung oleh pemerintah”.
Manizha Naderi, direktur Perempuan untuk Perempuan Afghanistan, yang mengelola tiga tempat penampungan dan lima pusat konseling keluarga di Afghanistan, kepada surat kabar itu mengatakan ia tidak tahu pasti mengapa pemerintah mempertimbangkan peraturan baru itu, tapi menduga peraturan itu – dalam kata-katanya – “untuk memenuhi tuntutan Taliban.”
voanews
Berita hadiah itu menyusul berita di surat kabar terkemuka Amerika bahwa Afghanistan sedang mempertimbangkan peraturan baru yang akan mengharuskan perempuan meminta izin panel pemerintah untuk tinggal di tempat penampungan.
Harian New York Times melaporkan dalam peraturan yang diusulkan itu, jika panel itu menolak mengizinkan perempuan itu berlindung di tempat penampungan, panel itu kemudian akan menentukan apakah perempuan itu harus dikirim ke penjara atau dipulangkan, yang menurut surat kabar itu akan membuat perempuan itu "berisiko dipukuli, atau bahkan dibunuh."
Surat kabar itu melaporkan peraturan yang diusulkan itu juga akan mengharuskan seorang perempuan menjalani pemeriksaan fisik yang bisa mencakup tes keperawanan.
New York Times mengatakan 14 tempat penampungan di Afghanistan, yang kini didanai organisasi internasional, donor swasta, dan pemerintah Barat, berdasarkan peraturan baru yang sedang dirancang oleh Kementerian Urusan Perempuan itu, akan “dikendalikan langsung oleh pemerintah”.
Manizha Naderi, direktur Perempuan untuk Perempuan Afghanistan, yang mengelola tiga tempat penampungan dan lima pusat konseling keluarga di Afghanistan, kepada surat kabar itu mengatakan ia tidak tahu pasti mengapa pemerintah mempertimbangkan peraturan baru itu, tapi menduga peraturan itu – dalam kata-katanya – “untuk memenuhi tuntutan Taliban.”
voanews
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar