UNTUK CLOSE : KLIK LINK IKLAN DI BAWAH 1 KALI AGAR MELIHAT FULL ARTIKEL ^^


Catatan Olahraga : Peta Bulutangkis Sedang Berubah

Diposting oleh Unknown on Senin, 05 November 2012



Peta bulutangkis dunia sedang berubah. Dominasi China yang sudah berlangsung selama kurang lebih dua dekade, diprediksi tak besar lagi. Momen Indonesia untuk kembali bersaing.

Mungkin tak banyak yang menyadari bahwa dunia olahraga Indonesia baru saja memiliki juara dunia baru. Tanpa banyak gembar-gembor, pasangan remaja Edi Subaktiar/Melati Daeva Oktaviani merebut gelar nomor ganda campuran pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis Yunior BWF 2012 di Chiba, Jepang, akhir pekan lalu.

Bagi sebagian orang, gelar ini mungkin tak istimewa. Selain levelnya cuma yunior, gengsinya pun agak berkurang karena kejuaraan dunia ini digelar setiap tahun -- bukan empat tahun sekali seperti di cabang sepakbola. Alhasil, setiap tahun akan selalu lahir juara dunia baru.

 

Namun demikian, keliru jika menganggap sukses Edi/Melati tak bermakna apa-apa. Keberhasilan Edi/Melati justru penting karena itulah satu-satunya gelar yang dibawa pulang ke Tanah Air. Hebatnya, gelar itu sudah dipastikan sebelum kejuaraan usai karena mempertemukan dua ganda campuran Indonesia di final.

Satu-satunya gelar itu terasa kian bermakna karena didapat di nomor ganda campuran. Artinya, dua tahun beruntun kita menguasai nomor ini setelah tahun lalu pasangan Alfian Eko Prasetya/Gloria Emanuelle Widjaja juga berjaya pada kejuaraan dunia di Taipei.

Kejuaraan di Chiba ini juga menghadirkan fenomena lain. Untuk kedua kalinya, kita tidak melihat pemain atau pasangan asal China dalam deretan para juara. Tahun lalu China memang sengaja tak mengirim wakilnya. Tapi tahun ini mereka mengirim cukup banyak pemain namun hanya mampu menempatkan dua finalis dan itu pun tumbang di final.

Padahal, sejak kejuaraan dunia yunior digelar pada 1992 di Jakarta, China mendominasi. Minimal, dua gelar selalu mereka bawa pulang. Puncaknya pada tahun 2000 saat Bao Chunlai dan kawan-kawan memborong semua nomor. Para alumnus kejuaraan dunia yunior itulah yang kemudian membawa China menguasai panggung bulu tangkis dunia dalam dekade terakhir ini, termasuk menyapu bersih lima medali emas bulutangkis pada Olimpiade 2012 di London.

Kegagalan China meraih satu nomor pun di Chiba mengisyaratkan sedang berubahnya -- secara perlahan -- peta bulutangkis dunia. Dominasi China mulai pudar dan dalam kurun waktu 4-6 tahun ke depan mungkin kita tak akan lagi melihat berbagai kejuaraan penting didominasi para pemain "Negeri Tirai Bambu".

Indikatornya cukup kuat. Wang Yihan yang bersama Wang Lin, Wang Xin, dan Wang Shixian mendominasi tunggal putri dunia dalam tiga tahun terakhir adalah juara dunia yunior 2006. Disusul sukses Wang Lin setahun kemudian. Secara bersama-sama, dua mantan juara dunia junior itu kemudian melanjutkan dominasi China di tunggal putri saat generasi Zhang Ning dan Xie Xingfang meredup.

Namun, setelah 2007, tak ada lagi pemain China yang menjuarai nomor tunggal putri di ajang kejuaraan dunia yunior. Saina Nehwal (India) pada 2008 dan Ratchanok Inthanon (2009-2011) dari Thailand ganti menguasai nomor ini. Disusul sukses Nozomi Okuhara (Jepang) pada kejuaraan tahun ini.

Setahun setelah juara dunia yunior, Saina mulai merebut gelar Super Series pertamanya di Indonesia Open 2009. Tahun ini, ia juga menembus dominasi China dengan merebut medali perunggu Olimpiade 2012. Dalam 2-3 tahun ke depan, era keemasan Wang Yihan akan habis. Pada saat itulah Saina akan menjadi pesaing terberat Li Xuerui di Asian Games maupun dalam perebutan posisi nomor satu dunia.

Selain Saina, Inthanon dan Okuhara juga berpotensi meruntuhkan "Tembok China" pada Olimpiade 2016. Jika saat ini selalu ada minimal lima pemain putri China di kelompok 10 besar daftar peringkat BWF situasinya akan sangat berbeda pada 4-6 tahun mendatang.

Runtuhnya dominasi China juga bisa terjadi di nomor ganda putri. Saat ini saja, sudah ada empat pasangan putri Jepang dan dua ganda putri Korea Selatan yang terus menggempur dominasi Yu Yang/Wang Xiaoli, Tian Qing/Zhao Yunlei, dan Bao Yixin/Zhong Qianxin. Kelak, barisan penggempur bakal ditambah nama Lee So Hee/Shin Sheung Chan, juara dunia junior 2011-2012. Dari Indonesia, ada pasangan remaja Melati Daeva Oktaviani/Rosita Eka Putri Sari yang mencapai perempat final di Chiba.

Di nomor ganda campuran, tanda-tanda runtuhnya dominasi China lebih terasa. Saat ini, mereka hanya punya Xu Chen/Ma Jin dan Zhang Nan/Zhao Yunlei yang memang sangat tangguh. Namun, pelapis di bawah mereka, cukup jauh. Meskipun Li Yongbo sudah berkali-kali bongkar-pasang kombinasi pasangan, namun hasilnya selalu mengecewakan sehingga tak bertahan lama.

Ganda campuran adalah nomor yang paling memungkinkan bagi Indonesia untuk mengambil-alih dominasi China. Sekarang upaya itu tengah dilakukan Tontowi/Liliyana Natsir, M. Rijal/Debby Susanto, dan Markis Kido/Pia Zebadiah. Generasi Edi Subaktiar/Melati dan Alfian/Gloria mungkin baru bisa berbuat banyak di level senior 3-4 tahun mendatang jika mereka dibina dengan baik lewat pemilihan turnamen yang tepat, persaingan yang fair di Pelatnas, dan program latihan yang sesuai.

Di nomor ganda putra, dominasi China melalui Cai Yun/Fu Haifeng juga tinggal menunggu waktu untuk berakhir. Saat ini saja mereka sudah keteteran mengimbangi perkembangan pesat yang ditunjukkan ganda putra Korea Selatan, Jepang, Indonesia, serta Malaysia.

Dalam 3-4 tahun ke depan, situasi akan semakin sulit bagi China seiring beranjak dewasanya para alumnus kejuaraan dunia yunior. Ingat, pada kejuaraan dunia yunior 2008-2011, Malaysia adalah penguasa nomor ganda putra melalui empat pasangan berbeda. Tahun ini, muncul pula calon bintang baru dari CinaTaipei, Lee Chun Hei/Ng Ka Long. Ganda remaja kita, Hafiz Faisal/Putra Eka Rhoma dan Edi Subaktiar/Arya Maulana, juga berpotensi jadi pasangan kuat pada masa mendatang.

Satu-satunya nomor yang mungkin masih akan didominasi China hingga 4-6 tahun ke depan adalah tunggal putra. Saat ini, memang ada Lee Chong Wei yang mampu menyaingi Lin Dan. Meskipun di Olimpiade 2012 tetap saja Chong Wei tak kuasa membendung dominasi Lin Dan dan Chen Long.

Setelah Lin Dan dan Chong Wei pensiun dalam 1-2 tahun ke depan, giliran Chen Long -- juara dunia yunior 2007 -- yang berkuasa bersama Chen Jin, juara dunia junior 2004. Setelah itu, Cina masih bisa meneruskan dominasinya lewat Wang Zhengming, juara dunia yunior 2008 yang kini sudah masuk 15 besar peringkat BWF. China juga masih punya potensi dalam diri Tian Houwei, juara dunia yunior 2009.

Untuk tunggal putra, upaya menghentikan dominasi China memang lebih berat dan mungkin butuh waktu lebih lama. Namun, setidaknya, empat nomor lainnya menjanjikan perubahan peta persaingan yang bisa menggairahkan kembali panggung bulutangkis dunia.

==


* Penulis adalah pecinta dan pengamat bulutangkis.






Edi Subaktiar/Melati Daeva Oktaviani (PB Djarum) VS Rizky Susanto/Annisa Saufika (PB Djarum) sumber : http://sport.detik.com/read/2012/11/06/114233/2082945/79/peta-bulutangkis-sedang-berubah?991104topnews

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

Flag Counter